Hujan itu,
terus mengguyur bumi
membasahi setiap mata
yang hingga detik ini
tak pernah lagi bisa
putihkan sejatinya
yang tak harus dijawab
dengan suka ataupun duka
mungkin jalan ini telah jenuh
bersanding dengan kebobrokan
borok yang sudh lama terpendam
dan tak mungkin lagi tuk diungkap
atas nama kehidupan
alam yang kian arogan
bumi yang kian rentan
mentari yang kian senja,
mungkin inilah jalan terakhir
sadarkan setiap sisi
hati nurani insan adam
agar kelak tak pernah berakhir seperti mimpi.
Maaf,
seuntai kata yang sulit terucap
saat hati terbelenggu khilaf
seolah menyisipkan kecewa
membalut hitamnya luka
menggores getir nadirku
Halus sapamu
tak pernah lagi
usapi peluhku
dalam setiap fikirku
hanya sesalku
yang selimutiku kenanganku
redupkan inspirasiku
di saat ku jemu
hadapi setiap detik nafasku.
Pujaanku,
mengapa engkau begitu indah
jiwamu selalu membayangi
hasrat cintaku
yang bergetar selalu
Rona wajahmu
selalu memancarkan
sinar kasih
yang selalu menerangi
sisi gelap jiwaku
Akankah kau,
terus membisu
membiaskan syahdunya
cintaku yang menggebu
Engkau memesona
engkau mengagumkan
kuingin engkau
memeluk erat diriku
yang hampa akan arti cinta.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda